Siapa saja orang yang dicari-cari malaikat? Ini Jawabnya
Ada beberapa malaikat yang berkeliling menyusuri jalan-jalan di bumi setiap hari. Mata mereka selalu awas dan pikiran mereka selalu terkonsentrasi untuk mencari orang yang berdzikir. Ada sebuah kisah anekdot sufi yang cukup terkenal. Pelaku kisah ini tak lain ialah Nasrudin. Laki-laki yang cukup terkenal yang gemar bertingkah aneh, namun memiliki hati yang ikhlas itu, suatu ketika berniat pergi ke pasar Baghdad.
Saat tiba disana dan melihat bagaimana ramainya orang, timbullah rasa cemas di hatinya. Demikian ramai orang ramai disana. Bagaimana nanti kalau aku hilang? Ujarnya kepada teman-temnnya.
Teman Nasrudin tersentak mendengar keluhan itu dan berpikir ada benarnya kecemasan Nasrudin. “Aku ada akal”, ujar teman Nasrudin setelah berpikir. Agar kamu tidak hilang, ikatkan saja balon ke kakimu. Gampang kan? usul temannya. Menurut teman Nasrudin, jika nanti nasrudin hilang di pasar Baghdad, tinggal cari saja siapa orang yang memakai balon di kaki, maka itulah Nasrudin. Saran itu diterima baik oleh Nasrudin, dan ia mengambil balon lalu mengikat dipergelangan kakinya. Dengan percaya diri, Nasrudin memasuki pasar Baghdad.
Setelah berkeliling lama, Nasrudin merasa lelah, lalu ia pun tertidur. Ketika bangun, Nasrudin kaget luar biasa, sebab dikakinya tak ada lagi balon yang terikat. ‘aku hilang, aku hiang’, katanya galau...
Namun, kepanikan itu hanya berlangsung selama beberapa saat saja. Hati Nasrudin kembali lega setelah melihat sosok laki-laki tengah tertidur pulas dengan balon yang terikat di kaki. ‘uh, hampir saja aku hilang’ ujarnya sambil menarik nafas. Namun baru saja kelegaan melanda hatinya, Nasrudin kembali tersentak dan kaget. Kalau orang yang tidur yang tidur itu Nasrudin, masya Allah, lalu siapa saya.
Mengenal Allah Swt
Banyak sekali pelajaran yang kita petik dari kisah ini. Sekalipun terdengar bodoh, namun ketakutan Nasrudin sebenarnya ketakutan hakiki seorang manusia. Saat pertama kali mata manusia terbuka, ketika dilahirkan di dunia, manusia sebenarnya sudah memulai perjalanan ke dunia yang tak ada bedanya dengan perjalanan menuju pasar yang ramai dan padat di Baghdad. Siapa bisa menjamin di pasar yang ramai dan tak ada yang dikenali itu, dengan segala hal yang ada di dalamnya entah menyenangkan atau mengancam, seseorang tak akan hilang, terjebak, dan ujungnya meraih penderitaan?
Oleh karena itu, kita butuh pegangan dan pedoman. Nasrudin memilih mengikatkan balon di kakinya sebagai pedoman. Dengan perdoman tersebut, Nasrudin berjalan ke pasar dengan penuh keyakinan dan percaya diri. Namun, kemudia kita mengetahui tak selamanya pedoman menyelesaikan masalah. Malah pedoman itu yang menghadirkan masalah baru seperti yang dialami Nasrudin. Nasrudin kebingungan seteleh menemukan orang dengan balon terikat di kaki yang kemudian disimpulkan sebagai dirinya, sementara Nasrudin tak tahu lagi siapa dirinya.
Man arofa nafsahu arofa robbahu, “siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya”. Itulah pelajaran terbesar yang dapat kita petik dari kisah ini. Kesungguhan menghayati kemanusiaanlah yang membawa seorang manusia mengenal tuhan. Kesadaran bahwa kita adalah makhluk fana, tak kekal, lemah, serta perlu pada Allah Swt sebagai dzat yang maha besar dan kuasa, yang membuat seseorang menyadari kekuasanNya dan dengan ikhlas mengabdi kepadaNya. Itulah pedoman tertinggi manusia yang membuat dirinya tak akan hilang dan menderita di dunia.
Lalu, bagaimana caranya meneguhkan hal itu di dada kita? Hal terbaik ialah dengan berdzikir. Dengan berdzikir, kita senantiasa menghadirkan Allah Swt dalam hati dan kita akan semakin mengenal Allah dan semakin mengenal kehambaan kita. Oleh karena itu, nabi Muhammad Saw menyebut perumpamaan orang yang berdzikir dan orang tidak berdzikir sebagai orang hidup dan orang mati. Hidup sebab ada kesadaran dan pedoman yang jelas bagi perjalanannya di dunia yang membuat selamat. Sedang yang tak memiliki pedoman itu tak ubahnya seperti orang mati yang tak kuasa melakukan perjalanan di dunia dengan selamat.
Orang-orang yang memiliki pedoman dengan berdzikir inilah, sebagaimana dikabarkan imam Bukhori dalam shahihnya, yang dicar-cari malaikat. Mereka juga yang kemudian menjadi objek pembicaraan antara Allah Swt dan malaikat pencari itu sebagaimana dikisahkan nabi Muhammad Saw.
“Apa yang dilakukan hamba-hambaku ini?”, kata Allah Swt kepada malaikat. “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memberi pujian kepadaMu,”jawab malaikat.
“Apa mereka melihatku?”
”Tidak. Demi Allah Swt, mereka tidak melihatMu”
“Bagaimana jika mereka melihatKu”
“Seadainya mereka melihatMu, niscaya mereka akan lebih bersungguh-sungguh beribadah kepadaMu, lebih ikhlas dan serius memujamu, dan lebih banyak bertasbih kepadaMu.”
Dan Allah pun lalu berkata, “Aku persaksikan kepada kalian bahwa aku telah memberikan ampunan kepada mereka.” Wallahu a’lamu bishshawab.
Saat tiba disana dan melihat bagaimana ramainya orang, timbullah rasa cemas di hatinya. Demikian ramai orang ramai disana. Bagaimana nanti kalau aku hilang? Ujarnya kepada teman-temnnya.
Teman Nasrudin tersentak mendengar keluhan itu dan berpikir ada benarnya kecemasan Nasrudin. “Aku ada akal”, ujar teman Nasrudin setelah berpikir. Agar kamu tidak hilang, ikatkan saja balon ke kakimu. Gampang kan? usul temannya. Menurut teman Nasrudin, jika nanti nasrudin hilang di pasar Baghdad, tinggal cari saja siapa orang yang memakai balon di kaki, maka itulah Nasrudin. Saran itu diterima baik oleh Nasrudin, dan ia mengambil balon lalu mengikat dipergelangan kakinya. Dengan percaya diri, Nasrudin memasuki pasar Baghdad.
Setelah berkeliling lama, Nasrudin merasa lelah, lalu ia pun tertidur. Ketika bangun, Nasrudin kaget luar biasa, sebab dikakinya tak ada lagi balon yang terikat. ‘aku hilang, aku hiang’, katanya galau...
Namun, kepanikan itu hanya berlangsung selama beberapa saat saja. Hati Nasrudin kembali lega setelah melihat sosok laki-laki tengah tertidur pulas dengan balon yang terikat di kaki. ‘uh, hampir saja aku hilang’ ujarnya sambil menarik nafas. Namun baru saja kelegaan melanda hatinya, Nasrudin kembali tersentak dan kaget. Kalau orang yang tidur yang tidur itu Nasrudin, masya Allah, lalu siapa saya.
Mengenal Allah Swt
Banyak sekali pelajaran yang kita petik dari kisah ini. Sekalipun terdengar bodoh, namun ketakutan Nasrudin sebenarnya ketakutan hakiki seorang manusia. Saat pertama kali mata manusia terbuka, ketika dilahirkan di dunia, manusia sebenarnya sudah memulai perjalanan ke dunia yang tak ada bedanya dengan perjalanan menuju pasar yang ramai dan padat di Baghdad. Siapa bisa menjamin di pasar yang ramai dan tak ada yang dikenali itu, dengan segala hal yang ada di dalamnya entah menyenangkan atau mengancam, seseorang tak akan hilang, terjebak, dan ujungnya meraih penderitaan?
Oleh karena itu, kita butuh pegangan dan pedoman. Nasrudin memilih mengikatkan balon di kakinya sebagai pedoman. Dengan perdoman tersebut, Nasrudin berjalan ke pasar dengan penuh keyakinan dan percaya diri. Namun, kemudia kita mengetahui tak selamanya pedoman menyelesaikan masalah. Malah pedoman itu yang menghadirkan masalah baru seperti yang dialami Nasrudin. Nasrudin kebingungan seteleh menemukan orang dengan balon terikat di kaki yang kemudian disimpulkan sebagai dirinya, sementara Nasrudin tak tahu lagi siapa dirinya.
Man arofa nafsahu arofa robbahu, “siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya”. Itulah pelajaran terbesar yang dapat kita petik dari kisah ini. Kesungguhan menghayati kemanusiaanlah yang membawa seorang manusia mengenal tuhan. Kesadaran bahwa kita adalah makhluk fana, tak kekal, lemah, serta perlu pada Allah Swt sebagai dzat yang maha besar dan kuasa, yang membuat seseorang menyadari kekuasanNya dan dengan ikhlas mengabdi kepadaNya. Itulah pedoman tertinggi manusia yang membuat dirinya tak akan hilang dan menderita di dunia.
Lalu, bagaimana caranya meneguhkan hal itu di dada kita? Hal terbaik ialah dengan berdzikir. Dengan berdzikir, kita senantiasa menghadirkan Allah Swt dalam hati dan kita akan semakin mengenal Allah dan semakin mengenal kehambaan kita. Oleh karena itu, nabi Muhammad Saw menyebut perumpamaan orang yang berdzikir dan orang tidak berdzikir sebagai orang hidup dan orang mati. Hidup sebab ada kesadaran dan pedoman yang jelas bagi perjalanannya di dunia yang membuat selamat. Sedang yang tak memiliki pedoman itu tak ubahnya seperti orang mati yang tak kuasa melakukan perjalanan di dunia dengan selamat.
Orang-orang yang memiliki pedoman dengan berdzikir inilah, sebagaimana dikabarkan imam Bukhori dalam shahihnya, yang dicar-cari malaikat. Mereka juga yang kemudian menjadi objek pembicaraan antara Allah Swt dan malaikat pencari itu sebagaimana dikisahkan nabi Muhammad Saw.
“Apa yang dilakukan hamba-hambaku ini?”, kata Allah Swt kepada malaikat. “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memberi pujian kepadaMu,”jawab malaikat.
“Apa mereka melihatku?”
”Tidak. Demi Allah Swt, mereka tidak melihatMu”
“Bagaimana jika mereka melihatKu”
“Seadainya mereka melihatMu, niscaya mereka akan lebih bersungguh-sungguh beribadah kepadaMu, lebih ikhlas dan serius memujamu, dan lebih banyak bertasbih kepadaMu.”
Dan Allah pun lalu berkata, “Aku persaksikan kepada kalian bahwa aku telah memberikan ampunan kepada mereka.” Wallahu a’lamu bishshawab.
Posting Komentar untuk "Siapa saja orang yang dicari-cari malaikat? Ini Jawabnya"
Silahkan berkomentar . .