Kisah Lebah, Laba-Laba, dan Semut di Dalam Alquran
Pernahkan anda berpikir dan merenung alasan mengapa Allah Swt menjadikan binatang kecil seperti lebah (an nahl), laba-laba (al ankabut), semut (an naml), sebagai nama surat dalam kitab suci alquran. Sebagai umat muslim, tentu kita yakin bahwa tidak satupun ayat Allah Swt yang tidak dimaksudkan untuk memberi petunjuk dan pelajaran. Karena sebagaimana terkandung dalam al quran itu sendiri. “Kitab ini tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al baqarah :2)
Keyakinan yang sama adalah kebenaran kandungan al quran yang memberitahukan bahwa tak satupun ciptaan allah Swt yang tidak berguna. Sebagaimana terkandung dalam surat ali imran ayat 191, yang artinya : “Ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptkan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Maka, pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat-ayat tentang lebah, laba-laba, dan semut.
1. Hewan Semut di Dalam Alquran
Semut ialah binatang yang bentuknya kecil, namun mempunyai naluri mengumpulkan makanan di sepanjang musim tiada henti. Dengan teliti, sedikit demi sedikit, semut menghimpun makanan sebagai persediaan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Padahal, usia semut sendiri hanya seumur jagung, yaitu tidak lebih dari 3,5 tahun. Tidak jarang, semut berusaha menggotong makanan dengan ukuran yang lebih besar dari tubuhnya.
Di dalam surat An Naml (semut), antara lain dikisahkan bagaimana raja Firaun dengan kesombongan dan ketamakannya mengaku atau mengklaim dirinya sebagai tuhan. Juga dikisahkan tentang nabi Sulaiman as yang kaya raya dan konglomerat tetapi, tapi bersyukur kepada tuhannya yaitu Allah Swt. Diceritakan pula seorang ratu yang berusaha menyogok nabi Sulaiman as demi mempertahankan kekuasaan yang akhirnya bertobat dan sadar mengakui keesaan Allah Swt dan kenabian Sulaiman as.
2. Hewan Laba-Laba di Dalam Alquran
Berbeda lagi dengan uraian al quran tentang laba-laba (al ankabut). Sarang laba-laba sangat rapuh sehingga Allah Swt menjadikannya sebagai perumpamaan al quran. “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah Swt adalah seperti laba-laba yang membangun sarang. Dan sesungguhnya, sarang yang paling rapuh adalah sarang laba-laba jika mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut : 41).
Sarang hewan laba-laba bukanlah tempat yang aman. Siapapun yang ingin berlindung disana pasti bisa disergap hingga binasa. Bahkan laba-laba jantannya pun usai berhubungan badan (kawin) akan disergap musnah oleh laba-laba betinanya. Sementara telurnya yang menetas akan saling berdesakan hingga saling memusnahkan juga. Gambaran yang sangat mengerikan dan menakutkan dari naluri jenis makhluk yang kecil itu.
2. Hewan Lebah di Dalam Alquran
Bagaimana dengan hewan lebah (An Nahl)? Hewan kecil ini mempunyai naluri membangun sarang yang mendapat pujian sendiri dari tuhan kita Allah Swt. “Atas perintah Allah, ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat berlindung.” (QS An Nahl : 68). Sarang itu biasanya berbentuk segi enam, bukan segilima atau segiempat agar tidak terjadi pemborosan ruang.
Hewan lebah, mereka makanpun dari sari pati bunga. Lebah juga tidak menumpuk-numpuk makanan seperti semut. Hewan lebah mengolah makanan dan hasil olahannya menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin sebagai penerang dan madu menurut al quran bisa menjadi obat. “Dari perut lebah itu keluar madu yang bermcam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS An Nahl : 69).
Lebah mempunyai sistem kerja yang unik. Lebah mempunyai disiplin kerja yang tinggi, mengenal pembagian kerja, dan segala sesuatu yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Hewan lebah tidak pernah mengganggu, kecuali ada yang mengganggunya. Bahkan sengatan lebah dapat menjadi obat.
Kesimpulan
Sungguh sangat tepat bagaimana tuhan kita (Allah Swt) mengambil sikap (perilaku) dan naluri tiga binatang kecil itu sebagai perumpamaan dan teladan bagi umat manusia yang mau berpikir. Boleh mencontoh semut dalam hal gotong royong, namun meniru kebiasannya untuk menumpuk harta dan menghimpun ilmu tanpa memanfaatkannya dan mengolah bahkan memboroskannya. Jangan pula hidup bagaikan hewan laba-laba, rauh tanpa pondasi iman yang kuat. Juga suka memangsa apa saja, bahkan mereka saling menghancurkan.
Dalam konteks ini, nabi Muhammad Saw mengibaratkan seorang muslim sebagai lebah yang peroduktif, bermanfaat bagi lingkungan sekitar, tidak merusak, dan tidak menyakitkan.
Menurut Muhammad Saw, mukmin adalah mereka yang tidak makan kecuali makanan yang baik, tidak menghasilkan, kecuali yang bermanfaat bagi sesama dan jika menerima sesuatu tidak merusak dan tidak menghancurkannya.
Keyakinan yang sama adalah kebenaran kandungan al quran yang memberitahukan bahwa tak satupun ciptaan allah Swt yang tidak berguna. Sebagaimana terkandung dalam surat ali imran ayat 191, yang artinya : “Ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptkan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau. Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Maka, pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat-ayat tentang lebah, laba-laba, dan semut.
1. Hewan Semut di Dalam Alquran
Semut ialah binatang yang bentuknya kecil, namun mempunyai naluri mengumpulkan makanan di sepanjang musim tiada henti. Dengan teliti, sedikit demi sedikit, semut menghimpun makanan sebagai persediaan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Padahal, usia semut sendiri hanya seumur jagung, yaitu tidak lebih dari 3,5 tahun. Tidak jarang, semut berusaha menggotong makanan dengan ukuran yang lebih besar dari tubuhnya.
Di dalam surat An Naml (semut), antara lain dikisahkan bagaimana raja Firaun dengan kesombongan dan ketamakannya mengaku atau mengklaim dirinya sebagai tuhan. Juga dikisahkan tentang nabi Sulaiman as yang kaya raya dan konglomerat tetapi, tapi bersyukur kepada tuhannya yaitu Allah Swt. Diceritakan pula seorang ratu yang berusaha menyogok nabi Sulaiman as demi mempertahankan kekuasaan yang akhirnya bertobat dan sadar mengakui keesaan Allah Swt dan kenabian Sulaiman as.
2. Hewan Laba-Laba di Dalam Alquran
Berbeda lagi dengan uraian al quran tentang laba-laba (al ankabut). Sarang laba-laba sangat rapuh sehingga Allah Swt menjadikannya sebagai perumpamaan al quran. “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah Swt adalah seperti laba-laba yang membangun sarang. Dan sesungguhnya, sarang yang paling rapuh adalah sarang laba-laba jika mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut : 41).
Sarang hewan laba-laba bukanlah tempat yang aman. Siapapun yang ingin berlindung disana pasti bisa disergap hingga binasa. Bahkan laba-laba jantannya pun usai berhubungan badan (kawin) akan disergap musnah oleh laba-laba betinanya. Sementara telurnya yang menetas akan saling berdesakan hingga saling memusnahkan juga. Gambaran yang sangat mengerikan dan menakutkan dari naluri jenis makhluk yang kecil itu.
2. Hewan Lebah di Dalam Alquran
Bagaimana dengan hewan lebah (An Nahl)? Hewan kecil ini mempunyai naluri membangun sarang yang mendapat pujian sendiri dari tuhan kita Allah Swt. “Atas perintah Allah, ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat berlindung.” (QS An Nahl : 68). Sarang itu biasanya berbentuk segi enam, bukan segilima atau segiempat agar tidak terjadi pemborosan ruang.
Hewan lebah, mereka makanpun dari sari pati bunga. Lebah juga tidak menumpuk-numpuk makanan seperti semut. Hewan lebah mengolah makanan dan hasil olahannya menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin sebagai penerang dan madu menurut al quran bisa menjadi obat. “Dari perut lebah itu keluar madu yang bermcam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS An Nahl : 69).
Lebah mempunyai sistem kerja yang unik. Lebah mempunyai disiplin kerja yang tinggi, mengenal pembagian kerja, dan segala sesuatu yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Hewan lebah tidak pernah mengganggu, kecuali ada yang mengganggunya. Bahkan sengatan lebah dapat menjadi obat.
Kesimpulan
Sungguh sangat tepat bagaimana tuhan kita (Allah Swt) mengambil sikap (perilaku) dan naluri tiga binatang kecil itu sebagai perumpamaan dan teladan bagi umat manusia yang mau berpikir. Boleh mencontoh semut dalam hal gotong royong, namun meniru kebiasannya untuk menumpuk harta dan menghimpun ilmu tanpa memanfaatkannya dan mengolah bahkan memboroskannya. Jangan pula hidup bagaikan hewan laba-laba, rauh tanpa pondasi iman yang kuat. Juga suka memangsa apa saja, bahkan mereka saling menghancurkan.
Dalam konteks ini, nabi Muhammad Saw mengibaratkan seorang muslim sebagai lebah yang peroduktif, bermanfaat bagi lingkungan sekitar, tidak merusak, dan tidak menyakitkan.
Menurut Muhammad Saw, mukmin adalah mereka yang tidak makan kecuali makanan yang baik, tidak menghasilkan, kecuali yang bermanfaat bagi sesama dan jika menerima sesuatu tidak merusak dan tidak menghancurkannya.
Posting Komentar untuk "Kisah Lebah, Laba-Laba, dan Semut di Dalam Alquran"
Silahkan berkomentar . .