Tahap Kehidupan Manusia dalam Tembang Macapat
Tahap kehidupan manusia dalam tembang macapat - Sebelumnya penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian artikel yang membahas tentang budaya jawa berkaitan dengan tebang Macapat. Maklum, dulu ketika sekolah bagi saya bahasa jawa adalah pelajaran yang paling susah yang ada di sekolah. Walaupun sekarang saya sudah tidak lagi menerima pelajaran bahasa Jawa, tapi sebagai wong jowo asli, hati kecil saya sangat tertarik dan ingin memperdalam tentang budaya jawa. Untuk kali ini, mari kita belajar bersama-sama tentang tembang Macapat, yaitu warisan para Wali dalam menyebarkan agama islam.
Tembang macapat adalah puisi tradisional jawa. Puisi ini dahulu digunakan sebagai media dalam penyebaran agama islam di tanah jawa. Memang sekilas, sebagai orang awam apabila kita membaca bait-bait tembang macapat, tidak akan kita temui kata-kata yang membahas tentang ajaran agama islam. Makna penyebaran agama islam bersifat tersirat, butuh pemahaman yang lebih dalam untuk bisa memahaminya.
Tembang macapat yang terdiri dari 11 jenis tambang ini ternyata berisi fase-fase atau tahap-tahap dalam kehidupan manusia mulai dari berada dalam kandungan, sampai meninggal. Makna tembang macapat inilah yang selama ini jarang orang tahu. 11 jenis tembang tersebut antara lain sebaagi berikut :
1. Maskumambang (dalam kandungan)
Watak tembang ini nelangsa lan keranta-ranta. Dalam bahasa jawa "kumambang" yang berarti mengambang. Menggambarkan bayi manusia yang masih mengambang diperut ibunya. Maskumambang adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”.
2. Mijil (lahir)
Watak tembang ini asih lan tresna. Dalam bahasa jawa "mijil, mbrojol, mencolot" yang berarti muncul atau keluar. Menggambarkan kelahiran bayi. Mijil Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia. Ada yang lahir di sumatera, jawa, Kalimantan, Papua, Sulawesi.
3. Sinom
Dalam bahasa jawa sinom berarti "kanoman" yang berarti muda atau usia muda. Menggambarkan cerita masa muda yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan dan mencari ilmu untuk mewujudkannya. Watak tembang ini grapyak lan renyah.
4. Kinanthi
Dalam bahasa jawa "kanthi" yang berarti tuntunan atau dituntun untuk menggapai masa depan. Menggambarkan masa di mana manusia membentuk jati diri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud. Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita petik esok hari adalah apa yang kita tanam hari ini”. “In Ahsantum, Ahsantum ILaikum, Walain Asa’tum Falahaa”, “Jika kamu berbuat kebajikan maka kebajikan itu akan kembali padamu, tapi jika kamu berbuat jahat itu akan kembali padamu juga”.
5. Asmarandana
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati. Watak tembang ini sengsem.
6. Gambuh
Dalam bahasa jawa "jumbuh atau sarujuk" yang berarti cocok. Menggambarkan komitmen manusia yang sudah menyatakan cinta dan siap untuk berumah tangga. Watak tembang ini kulina lan nepung-nepungke. Dalam berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
7. Dhandhanggula
Dalam bahasa jawa "kasembadan" yang berarti kesenangan. Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang). Menggambarkan keberhasilan membina rumah tagga dan cita-cita yang tercapai. Watak tembang ini luwe lan ngresepake.
8. Durma
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma berasal dari kata darma / sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita. Watak tembang ini nesu lan muntab.
9. Pangkur
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh. Watak tembang ini sereng lan tegas.
10. Megatruh
Dalam bahasa jawa "megat roh" yang berarti keluarnya roh. Menggambarkan terlepasnya roh atau kematian manusia. Watak tembang ini nglara lan sedih.
11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan / mori putih, dishalatkan, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita didunia. “Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna “, “ Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan mati”.
Tembang macapat adalah puisi tradisional jawa. Puisi ini dahulu digunakan sebagai media dalam penyebaran agama islam di tanah jawa. Memang sekilas, sebagai orang awam apabila kita membaca bait-bait tembang macapat, tidak akan kita temui kata-kata yang membahas tentang ajaran agama islam. Makna penyebaran agama islam bersifat tersirat, butuh pemahaman yang lebih dalam untuk bisa memahaminya.
Tembang macapat yang terdiri dari 11 jenis tambang ini ternyata berisi fase-fase atau tahap-tahap dalam kehidupan manusia mulai dari berada dalam kandungan, sampai meninggal. Makna tembang macapat inilah yang selama ini jarang orang tahu. 11 jenis tembang tersebut antara lain sebaagi berikut :
1. Maskumambang (dalam kandungan)
Watak tembang ini nelangsa lan keranta-ranta. Dalam bahasa jawa "kumambang" yang berarti mengambang. Menggambarkan bayi manusia yang masih mengambang diperut ibunya. Maskumambang adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”.
2. Mijil (lahir)
Watak tembang ini asih lan tresna. Dalam bahasa jawa "mijil, mbrojol, mencolot" yang berarti muncul atau keluar. Menggambarkan kelahiran bayi. Mijil Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia. Ada yang lahir di sumatera, jawa, Kalimantan, Papua, Sulawesi.
3. Sinom
Dalam bahasa jawa sinom berarti "kanoman" yang berarti muda atau usia muda. Menggambarkan cerita masa muda yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan dan mencari ilmu untuk mewujudkannya. Watak tembang ini grapyak lan renyah.
4. Kinanthi
Dalam bahasa jawa "kanthi" yang berarti tuntunan atau dituntun untuk menggapai masa depan. Menggambarkan masa di mana manusia membentuk jati diri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud. Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita petik esok hari adalah apa yang kita tanam hari ini”. “In Ahsantum, Ahsantum ILaikum, Walain Asa’tum Falahaa”, “Jika kamu berbuat kebajikan maka kebajikan itu akan kembali padamu, tapi jika kamu berbuat jahat itu akan kembali padamu juga”.
5. Asmarandana
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati. Watak tembang ini sengsem.
6. Gambuh
Dalam bahasa jawa "jumbuh atau sarujuk" yang berarti cocok. Menggambarkan komitmen manusia yang sudah menyatakan cinta dan siap untuk berumah tangga. Watak tembang ini kulina lan nepung-nepungke. Dalam berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
7. Dhandhanggula
Dalam bahasa jawa "kasembadan" yang berarti kesenangan. Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang). Menggambarkan keberhasilan membina rumah tagga dan cita-cita yang tercapai. Watak tembang ini luwe lan ngresepake.
8. Durma
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma berasal dari kata darma / sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita. Watak tembang ini nesu lan muntab.
9. Pangkur
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh. Watak tembang ini sereng lan tegas.
10. Megatruh
Dalam bahasa jawa "megat roh" yang berarti keluarnya roh. Menggambarkan terlepasnya roh atau kematian manusia. Watak tembang ini nglara lan sedih.
11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan / mori putih, dishalatkan, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita didunia. “Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna “, “ Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan mati”.
Posting Komentar untuk "Tahap Kehidupan Manusia dalam Tembang Macapat"
Silahkan berkomentar . .