Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

2 Faktor Pendorong Perubahan Sosial (Eksternal – Internal) Lengkap

Faktor pendorong perubahan sosial – Seperti yang kita semua tahu, bahwa kehidupan sosial atau masyarakat berlangsung dinamis, artinya akan selalu mengalami perubahan, baik itu perubahan sosial yang sifatnya lambat, atau perubahan sosial yang sifatnya cepat. Nah dalam hal ini yang perlu kita waspadasi adalah perubahan sosial yang terlalu cepat dapat menyebabkan terjadinya konflik sosial di masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak terjadi begitu saja, melainkan ada faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Nah, dengan mengetahui berbagai faktor pendorong perubahan sosial, kita dapat mengontrol kehidupan sosial sehingga perubahan sosial yang terjadi dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan konflik sosial di masyarakat.

Faktor Pendorong Perubahan Sosial

Seperti yang sudah disampaikan di awal, bahwa faktor pendorong perubahan sosial akan menjadi fokus dalam pembahasan artikel ini. Faktor pendorong perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu faktor pendorong perubahan sosial internal, dan faktor pendorong perubahan sosial eksternal. Berikut ini penjelasannya satu persatu.

Faktor Pendorong Perubahan Sosial Eksernal

Faktor pendorong perubahan sosial eksternal adalah faktor pendorong perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat. Ada tiga faktor eksternal yang mendorong perubahan sosial, antara lain kontak dengan kebudayaan lain, bencana alam, dan peperangan.

1. Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain
Kontak adalah proses penyampaian informasi berupa ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya kepada orang lain. Sedangkan kontak dengan kebudayaan lain artinya adanya dua kebudayaan yang saling bertemu dan bertukar informasi. Contoh terjadinya kontak dengan kebudayaan lain yang mendorong terjadinya perubahan sosial adalah kontak dagang antara pedagang Indonesia dengan pedagang dari Arab dan India. Kebudayaan mereka bertemu dan saling mempengaruhi sehingga membawa perubahan sosial di masyarakat. Semakin sering kita melakukan kontak dengan budaya luarm maka semakin mempercepat perubahan sosial di masyarakat.

2. Peperangan
Peperangan memang sudah jarang kita jumpai di Indonesia, akan tetapi sekarang peperangan banyak terjadi khususnya di daerah timur tengah. Peperangan tidak hanya mendorong terjadinya kerusakan dan hilangnya harta benda dan nyawa seseorang, akan tetapi terjadinya perang disuatu daerah juga dapat mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat. Kok bisa? Jadi perang akan merusak berbagai sarana masyarakat, mulai dari rumah, tempat bekerja, lahan pertanian, dan pendidikan. Belum lagi masalah ekonomi dan politik nasional yang terjadi karena perang. Kondisi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.

3. Bencana alam
Selain kontak dengan kebudayaan lain dan peperangan, adaya bencana alam juga dapat mendorong terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi karena bencana alam tergolong perubahan sosial regeress, artinya perubahan sosial yang membawakemunduran sosial di masyarakat. Misalnya bencana gunung merapi di kabupaten Magelang membuat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut mengungsi selama beberapa waktu yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Selama gunng merapi masih aktif, tentu kehidupan masyarakat terganggu.

Atau mungkin bencana gunung meletus di Tanah Karo, Sumatera. Pemerintah setempat menginstruksikan agar masyarakat di desa tersebut pindah atau migrasi ke tempat asal. Perpindahan mereka ke lingkungan yang baru tentu akan membuat struktur masyarakatnya berubah. Jadi, walaupun bencana tersebut bersifat ringan-berat atau sementara-permanen, yang namanya bencana alam pasti membawa dampak bagi terjadinya perubahan sosial di masyarakat.  


Faktor Pendorong Perubahan Sosial Internal

Jika sebelumnya kita telah mengetahui faktor pendorong perubahan sosial eksternal (dari luuar), sekarang kita akan mengkaji faktor pendorong perubahan sosial internal (dari dalam). Dibandingkan dengan faktor eketernal, perubahan sosial di masyarakat terjadi karena lebih terdorong oleh faktor dari dalam (internal). Ada 9 faktor internal yang sangat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial di masyarakat, antara lain sebagai berikut : 

1. Adanya Sistem pendidikan formal yang maju
Sistem pendidikan formal yang maju dan didukung oleh kurikulum adaptif dapat mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat. Di sekolah, pendidikan formal mengajarkan kepada siswa berbagai jenis pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa di masa yang akan datang. Selain itu, pendidikan juga memberikan nilai-nilai tertentu untuk manusia, khususnya dalam membuka pikirannya dan menerima hal-hal baru. Apabila proses pendidikan formal dikelola secara baik dan maju, maka pendidikan tidak hanya sekedar mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai tertentu, melainkan pendidikan juga mengajarkan agar siswa dapat berpikir secara objektif.

Kemampuan dalam berpikir secara objektif dapat membekali siswa dalam menilai suatu kebudayaan masyarakat tertentu, apakah dapat memenuhi segala kebutuhannya kelak atau tidak. Inilah yang mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.

2. Adanya keinginan untuk maju
Sikap atau keinginan untuk maju adalah salah satu pendorong terjadinya perubahan sosial. Jika sikap tersebut dimiliki oeh sebagian besar masyarakat, maka masyarakat akan terdorong dalam mengadakan penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah berupa nobel dan yang lain misalnya, adalah pendorong bagi individu maupun kelompok lainnya untuk membuat karya yang baru lagi.

3. Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka
Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan terjadinya perpindahan status sosial yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi setiap orang untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan supaya mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada golongan yang kedudukannya lebih rendah, sering terdapat perasaan tidak puas terhadap status sosial yang diperoleh yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Dalam sosiologi, keadaan tersebut disebut “status-anxiety”, yang mengakibatkan seseorang berusaha agar dapat meningkatkan kedudukan sosialnya.

4. Sikap berorientasi ke masa depan
Adanya prinsip bahwa manusia harus berorientasi ke masa depan, membuat manusia selalu bersikap optimistis. Sikap optimistis yaitu sikap atau perasaan yang percaya bahwa ia akan mendapatkan hasil yang lebih baik, atau berharap bahwa hari esok lebih baik dari sekarang. Jika jiwa dan sikap optimistis sudah tertanam di masyarakat, maka akan membuat masyarakat selalu bersikap ingin maju, lebih baik, dan berhasil. Sikap inilah yang mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.

5. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya
Sebelum kita lahir, Allah Swt telah menentukan nasib manusia, mulai dari rezeki, jodoh dan kematiannya. Walaupun demikian, manusia wajib dan menjadi tugas pokok untuk selalu berikhtiar dan berusaha dalam rangka memperbaiki taraf kehidupannya.

Dalam ajaran Islam sudah dijelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib umat atau masyarakat (termasuk individu) selama umat atau masyarakat (teindividumasuk ) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Jadi, tugas manusia yaitu berusaha kemudian berdoa, sedangkan hasil akhir merupakan keputusan Allah. Adanya serta keyakinan seperti itu mengakibatkan kehidupan manusia menjadi dinamis, sehingga perubahan sosial di masyarakat dapat berlangsung.

6. Adanya komposisi penduduk yang heterogen
Pada kelompok masyarakat yang tersusun dari berbagai latar belakang seperti etnik, status sosial, bahasa, dan ideologi, yang dikenal dengan “masyarakat heterogen”, maka masyarakat tersebut lebih mudah terjadi pertentangan karena mempunyai modal perbedaan. Adanya pertentangan tersebut dapat memicu trjadinya perubahan sosial. 

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
Pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian golongan, serta adanya pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, dan lain sebagainya, adalah beberapa contoh adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu. Hal tersebut dapat mengakibatkan distribusi pendapatan masyarakat yang tidak merata. sehingga memicu kekecewaan masyarakat. Jika keadaan ini dibiarkan begitu saja, maka dapat mengakibatkan terjadinya protes-protes yang semakin meluas, kerusuhan-kerusuhan, dan mugkin juga revolusi. Jadi, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu termasuk dalam faktor pendorong perubahan sosial di masyarakat.

8. Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan memberikan dampak yang besar apabila setiap orang bersedia menerima perubahan tersebut. Keadaan tersebut akan menjadi berbeda apabila tidak ada seorang pun yang bersedia menanggapi perubahan tersebut. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru merupakan faktor pendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.

Faktor Pendorong Perubahan Sosial

9. Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi sangat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial. Semakin toleran suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut akan semakin mudah menerima hal-hal baru yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Akan tetapi sebaliknya, jika masyarakat kurang toleran terhadap hal-hal baru, maka dipastikan perubahan sosial yang terjadi di masyarakt akan rendah.

Demikian faktor pendorong terjadinya perubahan sosial yang terbagi menjadi dua, faktor pendorong dari luar (eksternal) dan faktor pendorong dari dalam (internal) Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk para pembaca.

Posting Komentar untuk "2 Faktor Pendorong Perubahan Sosial (Eksternal – Internal) Lengkap"