Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Agama adalah keyakinan seseorang, bukan kebiasaan seseorang

Agama adalah keyakinan seseorang, bukan kebiasaan seseorang - Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.[note 1] Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

Sebagian besar masyarakat di Indonesia pasti memiliki agama. Hal ini bisa dilihat berdasarkan masih adanya kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jadi sebagian besar warga negara Indonesia pasti memiliki agama walaupun hanya sekedar “agama KTP”. “Agama KTP” ada karena sebagian besar masyarakat kita dalam beragama lebih mengandalkan kebiasaan atau adat istiadat dari orang tua.

Ketika orang tuanya beragama islam, maka kemungkinan anaknya juga beragama Islam, ketika orang tuanya beragama Kristen maka anaknya juga  beragama Kristen,  ketika orang tuanya beragama  nasrani maka anaknya beragama nasrani. Begitu juga dengan orang tua yang beragama lain, maka kemungkinan besar sang anak juga akan mengikuti agama atau kebiasaan orang tuanya.

Ketika seseorang beragama maka seseorang itu percaya bahwa adanya dzat yang maha kuasa yang mengatur alam beserta isinya, yaitu tuhan. Jadi selama seorang manusia mempercayai tuhan, maka  akan ada dua jenis hubungan yang harus dijalani. Hubungan tersebut yaitu hubungan manusia dengan tuhannya  bersifat vertikal, dan hubungan manusia degan sesamanya yang  bersifat horizontal.

Akan tetapi, era modern seperti sekarang membuat orang lebih mengutamakan hubungannya dengan sesama dari pada hubungannya kepada tuhan. Ketika seseorang mendapatkan agama dari orang tuanya, maka orang itu pun langsung menerima agama itu. Padahal belum tentu agama tersebut benar. Jarang  sekali seseorang mempertanyakan tentang agamanya karena takut dengan kenyataan yang akan dihadapi. Mereka takut jika agamanya salah yang mengakibatkan dia harus berpindah agama sehingga  adat istiadat yang dulu dijalani akan ditinggalkan.

Agama adalah keyakinan seseorang, bukan kebiasaan seseorang. Kita harus berani “keluar jalur” untuk  memahami agama yang kita pilih, apakah sudah benar ataupun belum. Ada berbagai cara yang bsa kita gunakan dalam memahami suatu agama. Era globalisasi seperti sekarang tentu akan mempermudah kita dalam mencari informasi tentang agama yang ada.

 Jika perlu, kita harus mulai mempelajari tentang perbandingan agama. Dengan begitu kita akan mengetahui bagaimana agama kita dan agama yang lain. Jadi kita beragama karena kita memilih, bukan karena faktor keturunan.

Kami pikir di semua agama mempercayai adanya surga dan neraka yang diciptakan tuhan untuk kita. Hidup di dunia hanyalah sementara. Jangan sampai hidup yang sementara ini membuat kita salah jalan yang membuat kita masuk neraka selamanya. Jadi sekali lagi, agama bukanlah kebiasaan, melainkan keyakinan.
Agama adalah keyakinan seseorang, bukan kebiasaan seseorang

Semoga tuhan memberikan kita jalan yang lurus,bukan jalan orang yang di murkai, bukan juga jalan orang  yang sesat. Demikian tulisan kami tentang keyakinan kita dalam memilih agama, semoga bermanfaat. Jika ada  tulisan kami yang salah, semoga pembaca berkenan membantu kami. Terima kasih.

Posting Komentar untuk "Agama adalah keyakinan seseorang, bukan kebiasaan seseorang"